Dunia esports VALORANT di Asia Tenggara baru saja mengalami guncangan besar dengan pengumuman mundurnya tim Disguised (DSG) dari Challengers SEA. Keputusan mengejutkan ini diambil hanya beberapa hari sebelum awal musim, dan terkait dengan ketidaksetujuan terhadap kebijakan streaming eksklusif baru yang diterapkan oleh Riot Games. Mari kita lihat secara detail implikasi dari keluarnya DSG dan dampaknya terhadap ekosistem esports di wilayah tersebut.
Organisasi Disguised, yang didirikan oleh streamer terkenal DisguisedToast, mengejutkan banyak pihak dengan mengumumkan penarikan diri dari Challengers SEA VALORANT dan pembubaran roster mereka. Keputusan drastis ini diambil tepat sebelum dimulainya musim baru, membuat para penggemar dan pengamat terkejut. Alasan utama yang dikemukakan oleh DSG adalah konflik dengan kebijakan streaming baru yang diterapkan oleh Riot Games untuk Challengers SEA.
Riot Games telah menandatangani kemitraan eksklusif dengan platform SOOP, yang mengharuskan tim untuk menyiarkan pertandingan mereka hanya di platform tersebut selama 10 bulan ke depan. Bagi organisasi seperti DSG, yang identitasnya sangat terkait dengan pembuatan konten dan streaming, pembatasan ini dianggap tidak dapat diterima. Pengumuman resmi dibuat melalui akun Twitter tim.
Dampak Besar bagi Skena Kompetitif Asia Tenggara
Mundurnya DSG merupakan pukulan berat bagi skena VALORANT Asia Tenggara. Tim yang berbasis di Malaysia dan Singapura ini merupakan salah satu tim terbaik di wilayah tersebut. Mereka bahkan memenangkan Split 2 tahun lalu dan lolos ke VCT Ascension Pacific. Kepergian mereka meninggalkan kekosongan besar dalam kompetisi.
Sayangnya, DSG bukanlah satu-satunya tim yang mundur. Organisasi Made in Thailand juga telah mengumumkan penarikan diri mereka dengan alasan serupa. Dengan demikian, dua tim finalis Split 3 Challengers SEA tidak akan berpartisipasi di musim mendatang, yang secara signifikan melemahkan tingkat permainan dalam kompetisi.
Masa Depan Para Pemain DSG
Meskipun tim dibubarkan, para pemain DSG tidak menyerah. STYRON, kapten tim, mengumumkan bahwa roster akan tetap bersatu dan mencari struktur baru untuk berpartisipasi dalam Split 1 Challengers SEA. Tim yang baru saja menyambut dua pemain baru (crazyguy dan JA) berharap dapat bangkit kembali dengan cepat dan terus bersinar di panggung kompetitif.
Tantangan Esports Menghadapi Kebijakan Pengembang Game
Situasi ini menyoroti tantangan yang dihadapi oleh organisasi esports, yang terjebak antara ambisi kompetitif mereka dan batasan yang diberlakukan oleh pengembang game. Kasus DSG mungkin akan mendorong Riot Games untuk meninjau kembali kebijakan streaming mereka untuk Challengers SEA, agar tidak semakin melemahkan ekosistem kompetitif di wilayah tersebut.
Bagi penggemar VALORANT dan esports secara umum, peristiwa ini menimbulkan pertanyaan tentang masa depan skena kompetitif di Asia Tenggara. Mereka dapat mengikuti perkembangan situasi dengan menonton siaran pertandingan-pertandingan Challengers di wilayah lain untuk mendapatkan gambaran tentang seperti apa tingkat permainan tanpa kehadiran DSG di Challengers SEA.

Kabar mengejutkan dari dunia esports VALORANT! DSG baru saja mengumumkan penarikan diri dari Challengers SEA dan membubarkan tim mereka. Bagaimana pendapat Anda tentang keputusan kontroversial ini? Apakah kebijakan streaming eksklusif Riot Games terlalu membatasi tim esports? Mari kita diskusikan dampaknya terhadap masa depan kompetisi VALORANT di Asia Tenggara!