Rabu, Januari 22, 2025

Like A Dragon: Yakuza – Versi Live-Action yang Pucat dan Kurang Beraroma

Bagikan

Adaptasi seri live-action dari game video populer Yakuza kini hadir di Amazon Prime Video, namun sayangnya mengecewakan karena kurangnya aksi dan cita rasa. Meskipun memiliki pemeran yang berdedikasi dan kostum yang elegan, “Like A Dragon: Yakuza” gagal memikat penonton dengan alur cerita yang membosankan dan karakter yang dangkal. Seri 6 episode ini, yang didasarkan pada game asli tahun 2005 dan remake-nya tahun 2016, terbukti menjadi adaptasi tanpa jiwa yang tidak memberikan keadilan pada dunia yang kaya dan dinamis dari waralaba tersebut.

Alur Cerita yang Membosankan dan Kurangnya Aksi

Cerita ini mengikuti Kazuma Kiryu, seorang pemuda yang bercita-cita menjadi yakuza yang dihormati dalam klan Tojo. Narasi bergantian antara dua garis waktu: tahun 1995, di mana Kazuma dan teman-temannya merencanakan perampokan, dan tahun 2005, ketika ia keluar dari penjara setelah 10 tahun dipenjara. Sayangnya, perkembangan alur cerita terasa lambat dan kurang menarik. Penonton kesulitan untuk terlibat secara emosional dalam drama kelam ini dan terkadang sulit diikuti karena banyaknya karakter yang diperkenalkan.

Yang paling mengejutkan dan mengecewakan adalah kurangnya adegan aksi. Untuk sebuah adaptasi dari game yang terkenal dengan pertarungan spektakulernya, “Like A Dragon: Yakuza” menawarkan sangat sedikit pertarungan, dan yang ada pun singkat dan kurang imajinatif. Ketiadaan aksi dinamis ini semakin mengecewakan mengingat Jepang terkenal dengan koreografi pertarungan yang kreatif dan intens dalam produksi audiovisualnya.

Akting yang Terbuang Sia-sia karena Skenario yang Dangkal

Meskipun memiliki kekurangan utama ini, seri ini dapat membanggakan pemeran yang berdedikasi dan kostum yang elegan yang setia pada estetika game. Para aktor, terutama Ryoma Takeuchi sebagai Kazuma dan Kento Kaku yang memerankan yakuza yang licik, berusaha sebaik mungkin untuk memberi karisma pada karakter mereka. Sayangnya, akting mereka terbuang sia-sia karena skenario yang dangkal yang tidak memungkinkan mereka untuk sepenuhnya mengeksploitasi bakat mereka.

Adaptasi ini juga gagal karena nada yang terlalu serius, tanpa humor khas game Yakuza. Pendekatan yang kaku ini membuat tontonan menjadi monoton dan menghilangkan momen-momen ringan yang seharusnya bisa menyeimbangkan suasana berat dunia mafia.

Kesempatan yang Terlewatkan untuk Adaptasi yang Sukses

“Like A Dragon: Yakuza” menggambarkan kesulitan dalam mengadaptasi video game menjadi seri televisi. Format yang dipilih – enam episode berdurasi 40 hingga 50 menit – tampaknya terlalu panjang untuk konten yang disajikan, mengencerkan alur cerita dan mengurangi minat penonton. Pendekatan sinematografis mungkin akan lebih cocok untuk cerita ini, memungkinkan narasi yang lebih padat dan mengesankan.

Bagi penggemar waralaba Yakuza, adaptasi ini kemungkinan akan menjadi kekecewaan besar. Esensi yang membuat game ini populer – aksi yang intens, humor yang unik, dan imersi ke dalam dunia kriminal Jepang – sebagian besar tidak ada dalam versi live-action ini. Pemula pun akan sulit menemukan sesuatu yang menarik dalam produksi yang membosankan dan tanpa kedalaman ini.

ikuti petualangan mendebarkan dalam 'like a dragon: yakuza - live-action', di mana drama kriminal jepang bertemu dengan aksi yang intens. saksikan kisah penuh liku dan emosi, yang diangkat dari game populer, membawa anda ke dalam dunia yakuza yang gelap dan misterius.

Apakah Anda penggemar seri game Yakuza? Adaptasi live-action terbaru “Like A Dragon: Yakuza” kini hadir di Amazon Prime Video, namun tampaknya gagal menangkap esensi yang membuat game ini begitu populer. Bagaimana pendapat Anda tentang adaptasi ini? Apakah Anda kecewa dengan kurangnya adegan aksi dan humor yang menjadi ciri khas franchise ini, atau justru menikmati pendekatan yang lebih serius? Mari berbagi pendapat Anda tentang serial live-action ini!

Dave.S
Dave.S
Hi, I'm Dave, a 27-year-old journalist with a passion for film and series. I explore the latest trends, analyze cultural impacts, and share insights into storytelling. Join me as we dive into the captivating world of cinema and television!

Baca lebih lanjut

Temukan juga