Jumat, Februari 7, 2025

Ulasan ‘Bogota: Kota yang Hilang’ – Bagaimana Jika ‘Scarface’ Dihadirkan Kembali dengan Gaya Korea, namun dengan Hasil yang Mengecewakan?

Bagikan

Film Korea terbaru “Bogota: Kota yang Hilang” yang baru dirilis di Netflix tidak berhasil memenuhi ekspektasi penonton. Meskipun berambisi menghadirkan kisah kriminal ala “Scarface” dengan sentuhan Korea, film ini gagal memikat penonton karena berbagai kekurangan dalam skenario dan penyutradaraannya. Mari kita telaah lebih lanjut mengapa film yang diharapkan menjadi hit ini justru mengecewakan banyak pihak.

Premis Menjanjikan, Eksekusi Mengecewakan

“Bogota: Kota yang Hilang” mengisahkan perjalanan Kook-hee, pemuda Korea berusia 19 tahun yang bermigrasi bersama keluarganya ke Kolombia pada tahun 1990-an. Terjerumus dalam realitas keras kota Bogota, ia perlahan naik dalam dunia kriminal setempat. Meskipun konsepnya mengingatkan pada klasik genre kriminal seperti Scarface, hasil akhirnya jauh dari memuaskan. Film ini terasa lambat dan kurang mendalam dalam pengembangan karakter.

Gambaran Stereotip dan Tidak Meyakinkan tentang Kolombia

Walaupun syuting dilakukan di lokasi asli, film ini hanya memberikan gambaran dangkal dan stereotip tentang Bogota dan Kolombia. Karakter lokal kurang dikembangkan dan terkesan karikatural. Terasa ada kekurangan minat untuk benar-benar menangkap esensi dan kompleksitas negara tersebut, yang sangat disayangkan untuk sebuah film yang menggunakan nama ibukotanya. Pendekatan yang terlalu sederhana ini mengurangi kredibilitas dan immersi penonton dalam dunia film.

Karakter yang Kurang Menarik dan Alur Cerita yang Mudah Ditebak

Tokoh utama Kook-hee, yang dijuluki “Cookie”, sangat kurang dalam hal kedalaman karakter dan perkembangan sepanjang cerita. Kenaikannya dalam dunia kriminal terasa terlalu mudah dan kurang realistis. Karakter pendukung juga kurang berkesan, membuat sulit bagi penonton untuk terlibat secara emosional. Alur cerita hanya mengikuti klise genre tanpa membawa originalitas atau kejutan yang berarti.

Penyutradaraan yang Kurang Berkarakter

Meskipun berlatar di Bogota yang eksotis, penyutradaraan film ini kurang memiliki gaya dan kepribadian. Adegan aksi jarang dan kurang mengesankan. Film ini gagal menciptakan atmosfer yang kuat atau menyampaikan ketegangan yang seharusnya melekat pada jenis cerita seperti ini. Estetika secara keseluruhan sangat konvensional dan tidak memanfaatkan potensi visual yang ditawarkan oleh latar Kolombia.

Drama Kriminal yang Sangat Kurang Greget

“Bogota: Kota yang Hilang” sebenarnya memiliki potensi untuk menjadi drama kriminal yang memikat dengan perpaduan budaya Korea dan Kolombia. Sayangnya, hasil akhirnya adalah karya yang hambar dan kurang berkesan. Film ini menghindari pembahasan mendalam tentang tema-tema kompleks terkait perdagangan narkoba dan imigrasi, memilih untuk tetap di permukaan. Bagi penggemar genre ini, masih banyak pilihan film lain yang lebih menarik dan nuansa untuk mengeksplorasi tema-tema tersebut.

jelajahi kisah menarik di balik 'bogota hilang', sebuah narasi yang mengungkap misteri, sejarah, dan keindahan kota bogota yang belum banyak diketahui. temukan petualangan dan pengalaman unik yang menanti di ibukota kolombia ini.

Apakah Anda penggemar film gangster yang penuh aksi? Bogota: Kota yang Hilang mencoba menghadirkan kisah khas “Scarface” dengan sentuhan Korea, tapi apakah berhasil? Film ini menuai kritik karena kurangnya ketegangan dan karakter yang kurang berkembang. Bagaimana menurut Anda – apakah film kriminal bisa dimaafkan jika membosankan? Atau Anda masih ingin memberinya kesempatan meski ulasannya beragam?

Dave.S
Dave.S
Hi, I'm Dave, a 27-year-old journalist with a passion for film and series. I explore the latest trends, analyze cultural impacts, and share insights into storytelling. Join me as we dive into the captivating world of cinema and television!

Baca lebih lanjut

Temukan juga